Ideopolstratak “wataknya”
,;,Makassar-malam ini, di ruangan yang mulai terasa dingin
oleh tiupan kipas angin, aku mulai membuka laptop
sembari mengingat peristiwa penting yang belakangan banyak menyita waktuku.
Yah, bagaimana tidak, aktivitas yang
awalnya membuatku muak dan sedikit kesal ini mulai menjauhkanku dengan beberapa
tanggung jawab yang seharusnya menjadi urutan pertama di memo list.
Tak pernah terpikirkan jika suatu hari aku akan terlibat
dengan hal hal yang sangat pelik, bahkan sejak awal aku tak berniat melanjutkan
pengaderan di salah satu organisasi ini, alasannya satu, aku benci dengan
politik praktis, tak ingin terlibat dengan hal yang semacam itu. Namun, karena
dorongan dari beberapa pihak akupun memutuskan mengikuti kegiatan itu.
Hari itupun dimulai, setelah pengaderan usai, aku kembali
melanjutkan aktivitas keseharianku, seperti biasa, tak ada yang berbeda. Suatu
hari di kampus yang berjarak tak jauh dari tempat tinggalku, pesan masuk di
telepon genggamku memintaku untuk mengikuti sebuah rapat, ini bukan kali
pertama, sudah menjadi rutinitasku. Namun, kali ini sedikit berbeda dari yang
biasanya, jika sebelumya aku dan beberapa orang temanku hanya membicarakan
kegiatan berikutnya, hari ini tidak lagi.
Aku mulai mendengar suara perdebatan hari itu, yang satu
mendebati yang lain, dan satunya saling menimpali, akupun tak tinggal diam
dengan kondisi itu. Sekira 15 orang berada dalam forum yang mulai alot dan tak
menemukan jalan keluar itu, beberapa orang temankupun menawarkan sebuah solusi
untuk sebuah permasalahan itu, setuju, tak ada yang membantah hal itu. Diskusi
itu berakhir dengan sebuah kondisi yang mulai memaksaku untuk harus terlibat
dengan hal hal yang berbau politis. Setelah forum usai, aku dan beberapa teman
lainnya mulai beranjak dari tempat duduk, kami pamit dan tak lupa saling
bersalaman seolah dengan seperti itu kondisi akan membaik, tapi semua ternyata
hanya memperlihatkan kepura-puraan.
Selang beberapa menit, kami (aku dan beberapa orang teman)
berada jauh hingga mereka hilang dari penglihatan kami. Temankupun mulai
membuka pembicaraan baru, mengatur strategi, taktik, yah lagi lagi itulah
politik, berkubu jika memiliki kepentingan yang sama, bila berbeda, bersiaplah
untuk didepak dari kubu. Aku yakin, merekapun seperti itu mengatur strategi,
ibarat sebuah peperangan, aku harus menyiapkan senjata yang cukup ampuh untuk
menandingi mereka. Meski seperti itu, buatku, pembicaraan barusan adalah sebuah
peperangan hebat, saling mengangkat senjata dan membidikkan ke arah jantung
setiap yang berbeda kepentingan, yah itulah POLITIK!!!
Politik, jika Anda orang yang licik, Anda sebetulnya
berpotensi untuk bisa bermain di wilayah itu. Politik itu menyebalkan dan tak
jarang membuat hubungan antar dua orang harus pupus lantaran berbeda
kepentingan, politik ibarat sebuah kue yang diramu dari bahan bahan kepentingan
dan taktik, jika kepentingan dan taktik mulai sejalan tentunya akan
menghasilkan kue yang lezat, namun jika kedua duanya gagal, silahkan mencoba
kue yang lain dan tentunya dengan bahan yang berbeda.
Jika aku boleh memilih, aku sungguh tak menginginkan
perpecahan, utuh itu jauh lebih baik. Bahkan, kalau boleh dikata aku pernah
ingin lari dari kondisi ini dan membiarkannya berlalu begitu saja, tapi
sebetulnya itu adalah jalan yang salah, dengan lari aku tak menemukan apa apa.
Selain terhindar dari tanggung jawab, padahal menghindari tanggung jawab juga
menjadi bentuk ketidakbecusan.
Seorang yang hebat, aku begitu mengaguminya, dia seorang
guru yang sangat amat cerdas, yang mampu menginspirasi banyak orang. Dia
berkata padaku, “lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan, politik akan
mengajarkanmu menjadi orang yang besar, inilah dinamika organisasi, di sinilah
kesempatan besar untuk belajar.” Belajar, belajar, belajar kata itu bergema
keras di telingaku.
Aku
yakin, dari sekian ratus mahasiswa, hanya segelintir orang yang diperhadapkan
dengan kondisi itu, dan dari segelintir orang itu lagi hanya sedikit yang ingin
mengambil pelajaran dari permasalahan itu.
,;,Teruslah
belajar, jangan biarkan dirimu menyesal di kemudian hari lantaran membiarkan
kesempatan berlalu begitu saja, jadikan kesempatan sebagai modal awal untuk
belajar,;,
0 comments:
Post a Comment